oleh: Endah Endrayani
I. PENDAHULUAN
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata: “Makna-nya, jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadaNya dan kalian senantiasa mentaatiNya niscaya Ia akan membanyakkan rizki kalian dan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit,
mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, mem-banyakkan harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun itu (untuk kalian).”
mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, mem-banyakkan harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun itu (untuk kalian).”
“Dan orang-orang yg apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah maka memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yg dapat mngampuni dosa selain daripada Allah ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui”
Manusia disebut manusia krn dia tempat lupa dan dosa. Dan sebaik-baik manusia adl mereka yg apabila melakukan perbuatan dosa baik besar ataupun kecil baik merugikan orang lain ataupun merugikan dirinya sendiri maka dia segera kembali kepada Allah. Caranya dgn meninggalkan perbuatan dosa tersebut menyesali atas perbuatan itu dan tidak mengulangi lagi perbuatan itu hal ini disebut taubat kepada Allah. Dan apabila menyangkut hak orang lain maka dia harus mengembalikannya.
Sayling Wen dalam bukunya yang berjudul LEADERSHIP Kepemimpinan-sebuah Resep dari Sun Zi, menulis : suatu ketika ada seorang psikiater terkenal yang pasiennya kebanyakan adalah orang yang memiliki kekuasaan dan kekayaan- para pegawai tinggi dan industrialis berpengaruh. Ketika orang-orang ini diliputi berbagai kesulitan, mereka akan mencari bantuan sang psikiater, yang selalu dapat menghilangkan kebimbangan dan tekanan dalam waktu singkat. Bagaimana dia bisa melakukan itu?
II. RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian Taubat
b. Taubat sebagai Terapi
III. PEMBAHASAN
a. Pengertian Taubat
Taubat adalah kembali dari perbuatan maksiat menuju ketaatan kepada Allah SWT. Dalam pandangan Islam taubat bukanlah perkara yang susah dan menyulitkan, sehingga membutuhkan biaya yang tinggi atau tenaga yang besar. Sebaliknya, taubat merupakan perkara yang sangat mudah, ia senantiasa terbuka setiap saat bagi siapa saja yang ingin bertaubat dari kesalahan yang telah diperbuat.
Hal-hal berikut ini akan lahir dari kedurhakaan dan kelalaian untuk berdzikir kepada Allah, seperti tanaman yang ditumbuhkan karena air dan kebakaran yang berasal dari api : hidayah menipis, cara pandang tidak benar, kebenaran tertutup, hati rusak, dzikir melemah, waktu terbuang sia-sia, hati jauh dari Allah, hubungan antara hamba dengan Rabb-nya tidak akrab, doa tak didengar, hati mengeras, berkah pada rejeki dan usia dihapuskan, kesulitan mendapatkan ilmu, adanya kehinaan, penghinaan oleh musuh, dada menjadi sesak, ujian dengan teman-teman yang bermoral bejat, merusak hati, kegundahan yang tak pernah berhenti, kehidupan yang sengsara, dan perasaan yang perih. Sedangkan hal-hal yang merupakan kebalikan dari semua itu terlahir dari ketaatan. Sedangkan dampak dari istighfar dalam mengusir keresahan, kegundahan, dan kesempitan telah sama-sama diketahui oleh para ahli agama dan orang-orang pandai dalam setiap umat. Kedurhakaan dan kerusakan akan menyebabkan keresahan, kegundahan, rasa takut, rasa sedih, kesesakan di dalam dada, serta berbagai penyakit hati yang lain. Setelah melakukan kedurhakaan dan jiwa mereka sudah bosan dengan kedurhakaan itu, maka mereka akan kembali melakukan perbuatan dosa sebagai pelampiasan untuk menghilangkan kesempitan, keresahan, dan kegundahan yang ada di dalam dada mereka. Menghapuskan pikiran di dalam jiwa dengan melakukan kedurhakaan yang telah menyebabkan beban pikiran sebelumnya adalah dampak yang ditimbulkan dari dosa-dosa dan maksiat yang ada di dalam hati. Karenanya, cara yang paling ampuh untuk mengurangi beban pikiran itu hanyalah taubat dan istighfar.
b. Taubat sebagai Terapi
Mari kita terapkan bagaimana proses penyerahan manusia kepada Sang Maha Pencipta. Berikut adalah proses terapi taubat dengan berzikir:
- Rileks kan seluruh anggota badan kita (dalam keadaan santai dan tidak usah terburu-buru)
- Tarik nafas yang panjang melalui hidung
- Keluarkan nafas pelan-pelan melalui mulut
(ulangi langkah ini 3 x)
- Astaghfirullah Aladzim…. (bertaubat mohon ampun kepada Allah, Ampuni hamba Ya Allah)--Astaghfirullah Aladzim…. (Ampuni hamba Ya Allah)
- Astaghfirullah Aladzim…. (Ampuni hamba Ya Allah)
(Akui semua dosa-dosa dan maksiat-maksiat kita dan mohon ampun kepada Allah)--Allah ampun…Allah ampun…Allah ampun…Ampuni hamba Ya Allah…Ampuni hamba Ya Allah…Ampuni Ya Allah..Allah…, Hamba mohon ampun…Ampun Ya Allah…Ampun…Ampun…Ampun Ya Allah…
- Allah ampun…Allah…Hamba mohon ampun Ya Allah…Ampun Ya Allah…
- Ampun…Ya Allah ampun…Ampuni hamba Ya Allah
- Hamba mengaku Ya Allah…, hamba datang kepada-Mu sudah berlumur dosa seperti ini…Hamba malu Ya Allah…Ya Allah…Hamba takut Ya Allah…
- Hamba takut Azab-Mu…Hamba takut siksa-Mu Wahai Allah yang mempunyai siksa teramat dahsyat..Ya Allah…Mohon ampuni hamba Ya Allah…Mohon ampuni Ya Allah…Ya Allah…, Ampun….
- Ya Allah…, saksikanlah…, hamba datang kepada-Mu hari ini…, saat ini, detiki ini…,Hamba pemohon Ampunan-Mu Ya Allah
- Mohon Ampuni Ya Allah…,Ampun ya Allah…Ampun…
- Ya Allah…, hamba mengaku hamba ini sudah lalai terhadap-Mu…, setiap hari hamba lalai, bertahun-tahun hamba lalai…
- Allah…Mohon ampunan-Mu Ya Allah…
- Ya Allah…, jika diperbolehkan hamba menebus dosa-dosa ini
- Perkenankanlah hamba menebusnya Ya Allah, menebus dengan semua yang hamba miliki saat ini…Ya Allah.., jika saat ini hamba mempunyai dunia, hamba ingin menebusnya dengan semua dunia yang hamba miliki---Ya Allah… sesungguhnya hamba telah menukarkan Diri-Mu dengan dunia Ya Allah…Hamba tidak mau menukarkan lagi Diri-Mu dengan dunia Ya Allah
- Izinkan hamba menukarkan kembali Diri-Mu dengan segala yang hamba miliki saat ini Ya Allah---Ya Allah…, hamba ingiiiiinnnn sekali memperbaiki diri ini…Hamba ingiiiinnnn sekali memperbaiki hubungan hamba dengan-Mu
- Hamba ingiiinnnn sekali kenal dengan-Mu. Maka perkenalkanlah Diri-Mu kepada Hamba Ya Allah…Perkenalkanlah Diri-Mu Ya Allah…
- Perbaikilah diri Hamba Ya Allah…Ya Allah… hamba ingiiiinnnn sekali, diumur yang masih tersisa ini, hamba ingin umur ini utuh hamba persembahkan kepada-Mu. Hanya untuk-Mu
- Bulatkan Ya Allah…, bulatkan umur yang masih tersisa ini untuk mengabdi kepada-Mu, untuk menuju kepada-Mu--Bimbing hamba Ya Allah
- Bimbing hamba menuju Ridho-Mu--Bimbing hamba menuju jalan-Mu
- Bimbing hamba menuju kasih sayang-Mu--Ya Allah mohon dekatkan diri-Mu kepada Hamba…Jangan jauhkan diri-Mu Ya Allah--Jangan palingkan wajah-Mu Ya Allah--Ya Allah hamba bersaksi bahwa Tiada Sesembahan Yang Harus disembah kecuali Diri-Mu Ya Allah
- Hamba bersaksi Ya Allah tidak ada yang harus disembah dan hak yang harus disembah kecuali Diri-Mu Ya Allah.
- Hamba bersaksi Ya Allah bahwa Muhammad saw ialah utusan yang diutus oleh-Mu Ya Allah.
- Ya Allah…, hari ini, saat ini, detik ini…, hamba mohon keridhoan-Mu untuk memaafkan segala kesalahan-kesalahan hamba Ya Allah, memafkan dosa-dosa yang telah hamba perbuat Ya Allah, memafkan semua kemaksiatan hamba kepada-Mu Ya Allah.
- Ya Allah hamba bertaubat kepadamu dan memohon ampunan-Mu Ya Allah
- Hamba bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat kepada-Mu Ya Allah…, dengan taubatan nasuha…Hamba berharap ampunan-Mu Ya Allah
- Mohon diizinkan Ya Allah…Amin
IV. PENUTUP
Sebagian besar orang menyangka bahwa istighfar dan taubat hanyalah cukup dengan lisan semata. Sebagian mereka mengucapkan, “Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat ke-padaNya”. Tetapi kalimat-kalimat di atas tidak membekas di dalam hati, juga tidak berpengaruh dalam perbuatan anggota badan. Sesungguhnya istighfar dan taubat jenis ini adalah perbuatan orang-orang dusta. Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani menerangkan: “Dalam istilah syara’, taubat adalah meninggalkan dosa karena ke-burukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berke-inginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha mela-kukan apa yang bisa diulangi (diganti). Jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna.
Imam An-Nawawi dengan redaksionalnya sendiri menje-laskan: “Para ulama berkata, ‘Bertaubat dari setiap dosa hu-kumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga. Pertama, hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut. Kedua, ia harus menyesali per-buatan (maksiat)nya. Ketiga, ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi. Jika salah satunya hilang, maka taubatnya tidak sah.
Adapun istighfar, sebagaimana diterangkan Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani adalah “Meminta (ampunan) dengan ucapan dan perbuatan. Dan firman Allah: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun.” (Nuh: 10). Tidaklah berarti bahwa mereka diperintahkan meminta ampun hanya dengan lisan semata, tetapi dengan lisan dan perbuatan. Bahkan hingga dikatakan, memohon ampun (istighfar) hanya dengan lisan saja tanpa disertai perbuatan adalah pekerjaan para pendusta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar